Langsung ke konten utama

Sejarah Motif Batik & KainTertua Indonesia

Banyak kisah dan cerita tentang sejarah batik di Indonesia. Salahsatunya adalah kisah batik motif Gringsing yang ternyata cukup tua dan mempunyai banyak manuskripnya yang menarik untuk ditulis. Beberapa sejarahnya adalah:

Cerita batik tertua
Sejarah batik tertua Indonesia

  • Cerita Panji Kediri 
  • Kisah berdasar kitab Pararaton
  • Legenda masyarakat Batang

 Cerita Panji Dari Kediri

Ilustrasi gringsing kawung
Ilustrasi Gringsing kawung Raja Sri Narendra

Batik Gringsing tidak hanya berhulu pada tradisi lokal Batang, tetapi memiliki jejak sejarah jauh lebih luas, menembus zaman Kerajaan Kediri abad ke-12. Dalam laporannya De Batik-kunst in Nederlandsch Indie, G.P. Rouffaer (1860–1928) mencatat bahwa pola gringsing telah dikenal di Kediri pada masa itu. Keberadaan isen-isen gringsing, kombinasi ragam hias sisik ular yang berulang menjadi bukti bahwa teknik dan estetika membatik sudah mencapai tingkat kematangan tinggi pada era Kerajaan Kediri. Temuan Rouffaer ini selaras dengan manuskrip Babad Sangkala (1940) dan Serat Panji Jayalengkara (1770), yang sama-sama menyebut kata “hambatik” (membatik) sebagai pekerjaan penting di lingkungan istana Kediri.

Kisah Serat Panji sendiri mengabadikan momen ketika Raden Inu Kertapati dari Jenggala bertemu Dewi Sekartaji dari Kediri. Dalam satu adegan yang terkenal, Mbok Rondo Dadapan, seorang pengasuh istana menyerahkan selembar kain ber-isen gringsing kepada Dewi Sekartaji sebagai tanda penghargaan atas kecantikan dan kebijaksanaannya. Pemberian oleh-oleh istimewa ini memantik gelombang apresiasi: teknik membatik gringsing pun dijadikan kegiatan rutin di kalangan keluarga kerajaan, lalu merembet ke warga sekitar. Motif Gringsing, yang dibentuk dari lingkaran-lingkaran sisik, kemudian dipakai sebagai lambang keharmonisan hubungan antara penguasa dan rakyat, memperkuat nilai kesetaraan dan keseimbangan dalam tatanan sosial.

Lebih jauh lagi, Kidung Malat baris ke-4 dan ke-5a memuat keterangan indah tentang kehalusan kain dan sabuk berhias motif gringsing kawung. Dalam bait yang menyebut Sri Narendra mengenakan sutra ungu, digambarkan pula “alas sabuk gringsing kawung” berhias ornamen Krisnayana berujung emas, berpadu gagang keris bermotif bunga tanjung yang semua memancarkan sinar kemerahan keemasan yang memikat. Perpaduan motif kawung (bulatan empat sisi) dan gringsing (sisik ular) melahirkan karya batik yang tidak hanya indah secara visual, tetapi sarat makna: kawung melambangkan kesucian dan kelanggengan, sedangkan gringsing menegaskan perlindungan dan keseimbangan.

Narasi historis ini menunjukkan betapa motif Gringsing melintasi waktu, dari relief candi dan manuskrip kuno, hingga kisah legendaris Panji dan kidung istana. Kain bermotif Gringsing tidak sekadar kain tenun berornamen; ia merupakan simbol kekayaan budaya Jawa yang menyatukan sisi seni, filosofi, dan spiritualitas. Keistimewaannya tetap terjaga hingga masa kini, di mana Batik Gringsing terus dilestarikan sebagai warisan leluhur, baik dalam bentuk kain, pameran, maupun upacara adat sebagai pengingat akan masa keemasan Kerajaan Kediri dan kedalaman kearifan lokal Nusantara.

Berikut adalah poin-poin penting dari setiap referensi yang disebutkan dalam catatan sejarah tentang Batik Gringsing:

1. G.P. Rouffaer – De Batik-kunst in Nederlandsch Indie (1860–1928)

📌 Poin Penting:

Menyatakan bahwa pola Gringsing sudah dikenal sejak abad ke-12 di Kediri, Jawa Timur.

Ini merupakan salah satu bukti tertulis awal yang menunjukkan bahwa teknikdan motif batik telah berkembang di lingkungan kerajaan sebelum masa Majapahit.

Mengukuhkan bahwa Gringsing bukan hanya motif lokal semata, tetapi bagian dari sejarah panjang batik Nusantara.

2. Manuskrip Babad Sangkala (1940)

📌 Poin Penting:

Mencatat adanya istilah “hambatik” sebagai bentuk kerja dari aktivitas membatik.

Istilah ini memperlihatkan bahwa membatik telah menjadi kegiatan yang diakui secara sosial dan kultural, bahkan ditulis dalam naskah bersejarah.

Mendukung narasi bahwa membatik bukan hanya kegiatan rumah tangga, melainkan bagian dari aktivitas istana atau elite Jawa.

3. Serat Panji Jayalengkara (1770)

📌 Poin Penting:

Mengisahkan Raden Inu Kertapati dan Dewi Sekartaji, dengan adegan pemberian kain ber-isen Gringsing oleh Mbok Rondo Dadapan.

Menunjukkan bahwa motif Gringsing dianggap berharga dan pantas untuk penghormatan, digunakan dalam konteks kerajaan.

Dari cerita ini pula, kegiatan membatik diperluas menjadi bagian dari lingkungan Istana Kediri, mencerminkan posisi batik dalam sistem budaya kerajaan.

4. Kidung Malat (Kisah Panji Kuda Narawangsa & Panji Anggraeni)

📌 Poin Penting:

Pada baris ke-5a terdapat deskripsi kain bersabuk Gringsing Kawung yang menggambarkan kombinasi dua motif penting: Gringsing dan Kawung.

Menunjukkan bahwa motif batik digunakan sebagai simbol estetika dan status, disandingkan dengan kisah tokoh-tokoh besar seperti Kresna.

Pakaian dengan motif Gringsing digambarkan sebagai bercahaya, keemasan, dan bernilai tinggi, memperkuat citra motif ini sebagai simbol kebangsawanan dan keindahan spiritual.

Pada Kitab Pararaton dan Negara Kertagama

Ilustrasi Batik Gringsing
Ilustrasi Gringsing dalam kereta Srinata Wilwatikta

Kain Gringsing merupakan salah satu warisan tekstil Nusantara yang memiliki makna dalam, tidak hanya sebagai penutup tubuh, tetapi juga simbol kehormatan dan kekuasaan. Dalam naskah kuno Pararaton, disebutkan bagaimana Raden Wijaya, pendiri Kerajaan Majapahit, membagikan kain bawah atau lancingan Gringsing kepada para panglima kepercayaannya Ronggolawe, Dangdi, Gajah, dan Sora. Kutipan berbunyi:

"Semangke Raden Wijaya andum lancingan Gringsing ring kawulo niro sawiji sowang, ayun siro angamuko..."

Tindakan tersebut bukan hanya pembagian pakaian, melainkan juga bentuk pemberian mandat dan kepercayaan dalam strategi penyerangan ke wilayah Dhaha. Kain Gringsing, dalam konteks ini, menjadi penanda status dan legitimasi peran seseorang dalam struktur kekuasaan Majapahit.

Lebih lanjut, dalam Negarakertagama karya Mpu Prapanca tahun 1365 Masehi, kain Gringsing kembali disebut sebagai bagian dari hiasan kereta kerajaan Wilwatikta yang megah: “beratap kain Gringsing, berhias lukisan emas...” Hal ini menunjukkan bahwa kain Gringsing telah menjadi bagian dari perlambang keagungan dan kemewahan istana, digunakan dalam perhelatan penting atau iring-iringan kerajaan.

Secara teknik, Gringsing dikenal memiliki pola rumit yang diperkirakan berkembang dari pengaruh budaya India, melalui proses tenun ikat ganda yang sangat jarang dimiliki oleh perajin biasa. Keistimewaan ini menjadikan Gringsing tidak hanya indah secara visual, tetapi juga sarat makna filosofis dan spiritual.

Cerita Legenda Batang Jawa Tengah

Dewi Sekar Kedhaton sangat kagum dengan gerakan ular yang sisiknya ( gringsing) berkilau ketika berjalan melata . Ia pun terinspirasi untuk menciptakan batik dengan motif ular.

Motif gringsing pada batik gringsing menggambarkan gerakan ular yang menari-nari. Motif ini melambangkan keseimbangan dan harmoni dalam kehidupan. Batik gringsing juga melambangkan kesuburan dan kemakmuran.

Dewi Sekar Kedhaton sangat bangga dengan hasil karyanya. Ia membagikan kepada rakyatnya. Mereka pun sangat menyukai batik gringsing. Batik gringsing menjadi salah satu batik yang paling populer di Jawa Tengah.

Makna Filosofis Batik Gringsing Batang 

Batik Gringsing tidak hanya merupakan karya seni yang indah, tetapi juga memiliki makna filosofis yang mendalam. Merupakan simbol dari keseimbangan, harmoni, kesuburan, dan kemakmuran.

Motif  pada batik gringsing menggambarkan gerakan ular yang menari-nari. Hewan yang melambangkan keseimbangan dan harmoni dalam kehidupan. Dapat bergerak maju dan mundur, ke atas dan ke bawah, dengan fleksibilitas dan keluwesan. Hal ini menggambarkan pentingnya keseimbangan dan harmoni dalam kehidupan. Juga melambangkan kesuburan dan kemakmuran.

Dari sisi naratif budaya, masyarakat Batang memiliki legenda yang hidup dan diwariskan turun-temurun tentang sosok Dewi Sekar Kedhaton. Ia digambarkan sebagai seorang perempuan bangsawan yang bijak, peka terhadap alam, dan memiliki jiwa seni yang tinggi. Suatu hari, Dewi Sekar terpukau menyaksikan seekor ular melata dengan gerakan tubuh yang gemulai, penuh irama, dan sisik berkilau yang memantulkan cahaya matahari. Keindahan gerak alami tersebut menimbulkan kesan mendalam pada dirinya. Ia tidak melihatnya sebagai sesuatu yang menakutkan, melainkan sebagai simbol kehidupan yang dinamis dan selaras dengan semesta.

Dari pengalaman itu, Dewi Sekar menciptakan motif batik yang menggambarkan gerakan ular dalam bentuk pola melingkar dan bersusun rapi di atas kain. Pola tersebut kemudian dikenal sebagai motif Gringsing. Bentuknya yang berulang dan menyatu melambangkan keseimbangan antara manusia, alam, dan kekuatan spiritual. 

Dalam budaya Jawa, bentuk melingkar juga dianggap sebagai representasi dari harmoni batin dan hubungan yang tidak terputus antara asal dan tujuan kehidupan. Oleh karena itu, motif Gringsing tak hanya menjadi corak indah secara visual, melainkan juga membawa nilai filosofi yang dalam tentang keseimbangan, keselarasan, dan ketenangan hidup.

Karya batik Gringsing buatan Dewi Sekar kemudian dibagikan kepada rakyatnya sebagai bentuk kasih sayang dan penghargaan atas hubungan yang selaras antara pemimpin dan masyarakat. Sambutan hangat dari rakyat menandakan kuatnya daya tarik motif tersebut. Batik Gringsing pun tidak hanya menjadi kain biasa, melainkan lambang identitas lokal dan kebanggaan masyarakat Batang. 

Hingga kini, motif ini masih dikenakan dalam acara budaya, upacara adat, dan terus diwariskan sebagai bagian dari warisan budaya tak benda yang merekatkan masyarakat Batang dengan akar sejarah dan jati diri mereka.

Paten batik gringsing diberikan kepada pemerintah Kabupaten Batang, Jawa Tengah,  pada tahun 2012. Mencakup motif , teknik pembuatan, dan tata cara penggunaan batik gringsing.

Perkembangan Batik Gringsing Batang 

Batik gringsing terus berkembang dari waktu ke waktu. Motif pun semakin beragam. Namun, makna filosofis tetap terjaga. Tidak hanya digunakan sebagai pakaian adat Jawa, tetapi juga sebagai karya seni yang bernilai tinggi. Sering dipamerkan di berbagai galeri seni di Indonesia dan luar negeri.

Legenda batik gringsing merupakan salah satu  yang terkenal di Indonesia.  Menggambarkan asal-usul dan makna filosofisnya. Merupakan salah satu kekayaan budaya  yang harus dilestarikan.

Batik gringsing telah dipatenkan oleh pemerintah Indonesia. Paten ini diberikan untuk melindungi hak kekayaan intelektual. Paten ini juga bertujuan untuk melestarikan dan mencegah terjadinya plagiarisme.

Paten batik ini memiliki beberapa manfaat, antara lain:

  • Melindungi hak kekayaan intelektual.
  • Mencegah terjadinya plagiarisme.
  • Meningkatkan nilai jual.
  • Meningkatkan kesejahteraan para perajin batik.

Berikut adalah beberapa  yang dipatenkan, selain Gringsing Batang yaitu:

  • Batik gringsing kawung
  • Batik gringsing sidomukti
  • Batik gringsing udan liris
  • Batik gringsing ceplok
Penjelasan detil dan ciri dari batik Gringsing Batang,

1. Batik Gringsing Kawung

Motif: Menggabungkan pola gringsing (sisik ular) dengan elemen kawung dengan bulatan empat sisi yang melambangkan buah kawung atau kolang-kaling.

Ciri Khas: Pola kawung biasanya tersusun beraturan dalam baris dan kolom, sedangkan sisik gringsing mengisi sela-selanya dengan bentuk menyerupai sisik ikan atau ular.

Keunikan: Perpaduan dua ragam hias klasik ini menciptakan efek ritmis dan simetris, sekaligus memadukan filosofi kawung tentang kesucian dengan filosofi gringsing tentang perlindungan dan keseimbangan.

2. Batik Gringsing Sidomukti

Motif: Sidomukti bermakna “jalan makmur”; motifnya menampilkan rangkaian sisik gringsing yang menyerupai anak tangga naik-turun, diapit garis-garis halus.

Ciri Khas: Pola tangga berulang (“mukti”) membentuk ritme vertikal, memberikan kesan perjalanan menuju tingkat kemakmuran. Warna dasarnya cenderung lebih gelap sebagai latar agar pola sisik tampak kontras.

Keunikan: Sidomukti menekankan simbol perjalanan hidup dari tantangan menuju kemakmuran sementara elemen gringsing memberikan aura penjagaan dan keberuntungan di setiap langkah.

3. Batik Gringsing Udan Liris

Motif: Mengkombinasikan sisik gringsing dengan motif udan liris, yakni garis-garis miring yang meniru guyuran hujan (udan).

Ciri Khas: Sisik gringsing muncul dalam panel-panel pipih, di antara deretan garis miring tipis, menciptakan tekstur visual yang dinamis layaknya rintik hujan yang membasahi sisik ular.

Keunikan: Udan liris mengandung makna kesuburan dan harapan atas rezeki yang datang terus-menerus, dipadukan dengan gringsing sebagai simbol perlindungan, sehingga kain ini sangat populer dipakai pada musim tanam.

4. Batik Gringsing Ceplok

Motif: Berbasis pola ceplok dengan elemen geometris berupa lingkaran atau bunga tunggal yang dikelilingi motif sisik gringsing.

Ciri Khas: Setiap “ceplok” (bunga/lingkaran) diapit oleh barisan sisik berulang, menciptakan komposisi titik-titik pusat yang kuat dan berulang layaknya filosofi “sedulur papat lima pancer.”

Keunikan: Kombinasi ceplok dan gringsing menonjolkan keseimbangan antara elemen pusat (inti kehidupan) dan elemen pelindung (sisik). Coraknya cocok untuk acara resmi karena memberi kesan anggun sekaligus bermakna mendalam.

Setiap varian ini tidak sekadar memperkaya khazanah ragam hias Nusantara, tetapi juga mempertegas nilai filosofisnya mulai dari kesucian, kemakmuran, kesuburan, hingga perlindungan yang tertanam dalam setiap helai kain Batik Gringsing.

Selain motif batik yang terkenal, ada banyak varian jenis batik etnis yang menjadi warisan kain daerah dari wilayah Jawa yang wajib dijaga dan dilestarikan oleh semua generasi.

Kain Gringsing Bali: Warisan Tekstil Sakral dari Tenganan

Kain Gringsing Bali adalah salah satu kain tradisional paling sakral dan langka di Indonesia, yang berasal dari Desa Tenganan Pegringsingan, Karangasem, Bali. Nama "Gringsing" berasal dari kata gring (sakit) dan sing (tidak), yang bermakna "penolak penyakit". Kain ini bukan sekadar lembaran tekstil, melainkan simbol budaya, spiritualitas, dan identitas masyarakat Bali Aga.

Kain Gringsing Bali
Kain Gringsing Bali

Keistimewaan Kain Gringsing Bali:

1. Teknik Tenun Dobel Ikat (Double Ikat)

Kain Gringsing satu-satunya di Indonesia yang dibuat dengan teknik ikat ganda, yaitu benang pakan (melintang) dan lungsi (memanjang) diikat dan diwarnai sebelum ditenun. Teknik ini sangat rumit, hanya dikuasai oleh penenun di Desa Tenganan, dan hanya segelintir negara di dunia yang memiliki tradisi serupa (India dan Jepang).

2. Pewarnaan Alami Tradisional

Warna pada kain Gringsing dihasilkan dari bahan pewarna alami:

  • Akar mengkudu untuk  merah tua
  • Minyak kemiri untuk kuning keemasan
  • Pohon taum untuk hitam

Proses pewarnaan bisa dilakukan berulang kali selama bertahun-tahun untuk mencapai kedalaman warna dan ketahanan yang tinggi.

3. Motif Filosofis dan Penuh Makna

Beberapa motif Gringsing yang populer:

  • Batun Tuung (biji terong): simbol kesuburan
  • Lubeng (kalajengking): simbol perlindungan
  • Sanan Empeg (tiga kotak): keseimbangan hidup
  • Wayang Kebo & Putri: mewakili nilai moral dan kosmologi

Setiap motif diwariskan turun-temurun dan memiliki makna spiritual mendalam.

4. Warna Tridatu yang Sakral

Kombinasi merah, kuning, dan hitam mencerminkan Tridatu, tiga manifestasi utama dewa Hindu Bali:

  • Merah (Brahma – pencipta)
  • Kuning (Wisnu – pemelihara)
  • Hitam (Siwa – pelebur)

Kain Gringsing dianggap sebagai perwujudan energi ketiga dewa ini dalam bentuk tekstil.

5. Nilai Magis dan Spiritualitas Tinggi

Masyarakat Tenganan percaya bahwa kain Gringsing memiliki daya magis yang dapat menolak penyakit, gangguan roh jahat, dan malapetaka. Oleh karena itu, kain ini hanya digunakan dalam ritual adat dan keagamaan, seperti upacara potong gigi (metatah), pernikahan, dan kematian.

6. Proses Pembuatan Sangat Lama (2–5 Tahun)

Satu kain Gringsing bisa dibuat dalam waktu 2 hingga 5 tahun, mulai dari proses pemintalan benang, pengikatan motif, pewarnaan berlapis, hingga penenunan akhir. Tidak mengherankan jika harga kain Gringsing bisa mencapai puluhan juta rupiah.

7. Digunakan Khusus dalam Upacara Adat

Kain ini tidak dipakai untuk busana sehari-hari. Hanya dikenakan dalam acara sakral, menunjukkan status sosial dan penghormatan terhadap leluhur. Kehadirannya menjadi elemen wajib dalam ritual masyarakat Tenganan.

Kesimpulan Tentang Kain dan Batik Gringsing 

Warisan Batik dalam Cerita Panji Kediri

Dalam kisah Panji, khususnya Serat Panji Jayalengkara dan Kidung Malat, batik Gringsing muncul sebagai simbol kehalusan budaya dan penghargaan. Dewi Sekartaji menerima kain bermotif Gringsing dari Mbok Rondo Dadapan bukan sekadar hadiah, tapi lambang pengakuan terhadap keanggunan dan derajat perempuan istana. Dari sini, membatik menjadi aktivitas spiritual dan budaya di lingkup kerajaan Kediri. Motif Gringsing dipakai para bangsawan seperti Sri Narendra dan Panji, menggambarkan bahwa batik bukan sekadar sandang, melainkan perwujudan nilai-nilai luhur seperti keselarasan, keindahan, dan keagungan.

Pararaton dan Jejak Politik Batik Gringsing

Kitab Pararaton menegaskan status batik Gringsing sebagai simbol kekuasaan dan loyalitas. Raden Wijaya membagikan kain lancingan bermotif Gringsing kepada para panglima andalannya sebelum menyerbu Dhaha, menandai kain ini sebagai bagian dari strategi kekuasaan. Kain tidak hanya membalut tubuh, tetapi juga memuat makna kepemimpinan, restu, dan tanggung jawab. Gringsing, dalam konteks Majapahit, menjelma sebagai “seragam kehormatan” yang mengikat moral dan solidaritas para prajurit kerajaan.

Gringsing Batang: Simbol Rakyat dan Spirit Keseimbangan

Di Batang, motif Gringsing kembali hidup dalam bentuk yang lebih merakyat namun tetap sarat makna. Legenda Dewi Sekar Kedhaton mengaitkan Gringsing dengan gerakan ular bersisik lambang keseimbangan dan keharmonisan. Kain ini kemudian dibagikan kepada rakyat, memperluas fungsi batik dari simbol istana menjadi identitas budaya masyarakat. Gringsing Batang menjadi bukti kesinambungan sejarah dari narasi Panji Kediri yang puitis, ke strategi Majapahit yang politis, hingga warisan Batang yang hidup di tengah rakyat sebagai kain penjaga tradisi dan spiritualitas Jawa.

Kain Gringsing Bali, Identitas Bali Aga

Kain Gringsing
Gringsing Bali dari Meta AI


Kain Gringsing Bali bukan sekadar peninggalan budaya, tetapi juga manifestasi spiritualitas, kekayaan estetika, dan identitas suci masyarakat Bali Aga. Keunikan teknik dobel ikat, pewarnaan alami, makna filosofis dalam motifnya, serta kekuatan simbolis dalam ritual adat membuat kain ini menjadi harta tak ternilai dalam dunia tekstil tradisional Indonesia.

Budaya warisan Nusantara yang mendalam, batik dan kain  Gringsing adalah sejarah wastra yang penuh nilai pada seni, spiritualitas, dan warisan leluhur.

Tulisan diatas adalah bagian dari seri tulisan baju dan pakaian dari model pakaian negara kawasan Asia Tenggara yang ditayangkan sebelumnya dengan tujuan sebagai wawasan tentang pakaian.

FAQ Seputar Sejarah Motif Batik Gringsing

Apakah salah satu motif batik tertua di Indonesia?

Salah satu motif batik tertua di Indonesia adalah batik Gringsing. Dalam filosofi Jawa, gringsing berarti "tidak sakit", sehingga dipercaya dapat memberikan perlindungan dan kesehatan bagi pemakainya.

Dari mana asal batik dan kain Gringsing saat ini dikenal?

Batik Gringsing saat ini terkenal dibuat oleh masyarakat Batang, Jawa Tengah. Sementara itu, kain tenun Gringsing banyak ditemukan di desa Tenganan, Bali, dan dibuat dengan teknik ikat ganda yang sangat rumit.

Apa ciri khas batik Gringsing dari Batang?

Ciri khas batik Gringsing dari Batang adalah motif sisik yang menyerupai sisik naga atau ikan emas dalam mitologi, dengan warna dasar coklat keemasan dan latar belakang hitam pekat.

Apa keunikan kain tenun Gringsing dari Bali?

Kain Gringsing Bali dibuat dengan teknik ikat ganda (double ikat), menggunakan pewarna alami dari bahan seperti akar mengkudu dan minyak kemiri. Proses pembuatannya sangat rumit dan memerlukan waktu bertahun-tahun.

Apakah motif Gringsing hanya ada di Indonesia?

Ya, motif Gringsing hanya ditemukan di Indonesia. Batik Gringsing berkembang di Batang, Jawa Tengah, sementara tenun Gringsing berkembang di Bali.

Apa makna filosofis motif Gringsing dalam budaya Indonesia?

Motif Gringsing melambangkan perlindungan dari penyakit, keharmonisan hidup, dan simbol kekuatan spiritual. Dalam budaya Jawa, motif ini dianggap sebagai penjaga keseimbangan antara manusia dan alam.

Komentar

  1. molly jadi tahu banyak tentang batik gara2 baca ini. tulis lagi mbak tentang sejarah batik yang lengkap. molly nungguin banget loh..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oke kak. Minggu depan akan ada tulisan tentang batik lainnya.

      Hapus
  2. Wow ternyata batik punya sejarah panjang ya di Indonesia, khas banget

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banyak cerita dan sejarah tentang batik yang menarik untuk diulas.

      Hapus
  3. Terima kasih sharing infonya ya.. Kukira Gringsing hanya nama tempat, ternyata juga nama pola batik yg cantiiik...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gringsing artinya ular atau sisik ular. Melambangkan kekuatan dan kekuasaan.

      Hapus
  4. Saya baru tahu, lo, ada batik dari daerah Batang, Jawa Tengah. Terima kasih artikelnya, Mbak, menambah wawasan banget.

    BalasHapus
  5. Inilah kekayaan warisan sejarah Indonesia. Termasuk Batik Gringsing. Di dalamnya ada story dan filosopis. Jadi sebagai warga negara Indonesia, saya bangga memakai batik.

    BalasHapus
  6. Jadi paham kenapa batik selalu jadi kebanggaan Indonesia. Karena motifnya bukan sekadar motif. Punya banyak filosofi dan sejarah.

    BalasHapus
  7. Informasi yang perlu disebarluaskan karena termasuk keanekaragaman Indonesia dan memang batik harus dilestarikan terutama informasi tentang artikel ini

    BalasHapus
  8. Bagus banget motif-motif batiknya. Semakin mencintai hasil karya turun temurun milik indonesia. Yuk dijaga jangan sampai di claim oleh orang lain. Semoga terus dilestarikan ya di Jawa Timur

    BalasHapus
  9. lewat artikel ini jadi lebih simple mengenal tentang filosofi motif batik. soalnya daku hanya pernah dengar tentang batik gringsing tapi belum engeh sama filosofinya

    BalasHapus
  10. Wah nggak nyangka ternyata dari batik ada muatan sejarahnya yang sangat berharga ya. Sudah tugas kita generasi masa kini yang melestarikan batik-batik kuno ini. Tapi kayaknya sekarang lebih banyak batik modern ya, aku jujur aja baru tahu motif-motif kuno ini. Padahal cantik banget...

    BalasHapus
  11. Eks kantor saya punya perpus yang koleksi buku tentang batiknya lengkap. Senang banget kalau baca soal perbatikan. Soalnya yang namanya batik itu gak cuma 1 macam aja. Tiap daerah punya banyak motif khas. Keren.

    BalasHapus
  12. Ini mantap banget tulisannya kak, di deket tempat tinggalku di kediri ada desa batik

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kediri tempat awal batik dibuat yang awalnya disebut isen-isen kain.

      Hapus
  13. Batik itu benar-benar seni yang tinggi sih sebenarnya. Alhamdulillah sekarang batik sudah sangat dibanggakan oleh masyakat Indonesia. Tidak lagi dikatakan sebagai pakaian kuno.

    BalasHapus
  14. Batik gringsing yang tertua, ini semua ilmu baru yang saya dapat dan ternyata motifnya sangat cantik

    BalasHapus
  15. suka banget kalo tau setiap benda punya ;atar belakang cerita yang penuh makna, apalagi cerita dibalik motiv batik yg punya bnyk makna

    BalasHapus
  16. Batik grinsing biasanya digunakan untuk acara apa, ka?
    Rasanya aku ga asing denger namanya dan aku selalu tertarik dengan filosofi sebuah seni budaya INdonesia yang kaya. Ibuku juga seneng banget koleksi batik tangan yang pastinya butuh perawatan ekstra yaa..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Batik gringsing saat ini bisa untuk berbagai kegiatan. Ada puluhan motif dengan corak gringsing saat ini berkembang.

      Hapus
  17. Ciri khas budaya di Indonesia, hampir semuanya ada filosofi dibalik cerita, begitu pula tentang batik ini, bangsa menjadi rakyat Indonesia
    Motif batik Gringsing ini cantik ya, syukurlah sudah dipatenkan

    BalasHapus
  18. terimakasih info sejarah batik tertuanya, nambah ilmu nih tentang perbatikan. motifnya cantik juga ya.... batik gringsing.

    BalasHapus
  19. Jujur, aku tuh kagum banget sama penemu batik atau yang bikin batik pertama kali. Kebayang gak sih mereka kalau batik bakal jadi karya yang fenomenal dan terkenal di dunia?

    BalasHapus
  20. Motif batik di Indonesia punya filosofi yang berbeda. Baru tahu tentang Batik Grinsing ternyata ini jadi motif batik tertua di Indonesia

    BalasHapus
  21. wah saya baru tahu nih motif batik gringsing ini. cakep banget ya ini motifnya. kalau boleh tahu ini batik daerah mana ya, kak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Corak Batik Gringsing dipakai hampir pada semua motif batik jawa klasik dengan tambahan nama yang bermacam macam.

      Hapus

Posting Komentar

: '/>