Dalam dunia tekstil modern, pemilihan kain yang tepat sangat memengaruhi kenyamanan, fungsi, dan tampilan akhir dari sebuah produk fashion. Salah satu kategori bahan yang banyak digunakan adalah kain non-ATBM, yaitu kain yang tidak diproduksi menggunakan alat tenun bukan mesin atau alat tradisional.
Kain jenis ini diproduksi secara massal menggunakan mesin modern yang memberikan hasil lebih konsisten dan beragam. Hadir dalam berbagai jenis serat dan struktur, serta digunakan untuk kebutuhan yang sangat luas, mulai dari pakaian sehari-hari hingga perlengkapan rumah tangga.
Artikel ini akan membahas secara lengkap jenis-jenis kain non-ATBM, kegunaannya, serta kisaran harganya yang bisa menjadi panduan untuk umum dan mereka yang Berprofesi penjahit, saat mempertimbangkan memilih bahan untuk menjahit pakaian.
Kenali Kain Non-ATBM: Jenis, Fungsi, dan Harganya
Apa Itu Kain Non-ATBM?
Kain non-ATBM adalah jenis kain yang proses pembuatannya tidak menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM), yaitu alat tenun tradisional semi-manual. Sebaliknya, kain ini diproduksi menggunakan mesin otomatis modern yang memungkinkan produksi dalam jumlah besar dengan waktu lebih singkat dan kualitas yang seragam.
Karena efisiensi proses produksinya, kain non-ATBM lebih mudah dijumpai di pasaran dengan variasi harga dan tekstur yang beragam. Kain ini bisa terbuat dari serat alami, serat sintetis, atau kombinasi keduanya, dengan struktur tenun, rajut, maupun non-woven. Fungsinya sangat luas, mulai dari bahan pakaian, olahraga, hingga interior rumah.
Jenis-Jenis Kain Non-ATBM dan Kegunaannya
![]() |
Jenis Kain Non-ATBM |
Berdasarkan Jenis Serat
1. Serat Alami
Katun: Lembut, adem, dan menyerap keringat, sangat cocok untuk pakaian sehari-hari seperti kaus, blus, dan kemeja.
Linen: Memiliki tekstur unik dan ringan, sangat cocok untuk cuaca panas dan digunakan untuk pakaian musim panas serta perlengkapan rumah seperti taplak dan sprei.
Sutra: Halus, mewah, dan berkilau. Umumnya digunakan untuk pakaian formal, kebaya, atau gaun pesta.
Wol: Hangat dan elastis, ideal untuk pakaian musim dingin, jaket, dan syal.
Rayon (Viscose): Lembut dan jatuh, sering digunakan untuk rok, dress, dan blouse.
2. Serat Sintetis
Polyester: Tahan lama, tidak mudah kusut, cepat kering. Cocok untuk berbagai jenis pakaian dan perlengkapan rumah seperti gorden.
Nylon: Elastis dan kuat, banyak digunakan untuk pakaian olahraga, legging, atau tas.
Spandex (Lycra): Sangat elastis dan sering dicampur untuk menambah fleksibilitas pada pakaian seperti pakaian olahraga atau pakaian dalam.
Berdasarkan Struktur Kain
Kain Rajut (Knitted Fabric): Lembut dan elastis, digunakan untuk kaus, pakaian santai, atau bayi. Contoh: jersey, rib, interlock.
Kain Tenun Mesin (Woven Fabric): Struktur stabil dan rapi, cocok untuk pakaian formal dan busana kerja. Contoh: poplin, twill, satin.
Kain Non-Woven: Digunakan untuk keperluan industri, kemasan, atau pelapis seperti spunbond dan felt.
Berdasarkan Fungsi & Kegunaan
Pakaian Sehari-hari: Katun, linen, rayon, jersey.
Pakaian Olahraga: Polyester, nylon, spandex.
Pakaian Formal: Sutra, poplin, satin.
Perlengkapan Rumah Tangga: Linen (taplak, sprei), polyester (gorden), katun (handuk).
Kisaran Harga Kain Non-ATBM
Berikut daftar harga kain permeter berdasarkan data bulan Mei 2025 dari berbagai toko online dan marketplace:
Jenis Kain | Kisaran Harga (Rp) | Karakteristik |
---|---|---|
Katun | 24.000 - 45.000 | Lembut, adem, menyerap keringat |
Linen | 40.000 - 65.000 | Ringan, kuat, tekstur alami |
Sutra | 40.000 - 170.000 | Halus, berkilau, mewah |
Wol | 70.000 - 475.000 | Hangat, elastis, eksklusif |
Rayon (Viscose) | 20.000 - 60.000 | Lembut, jatuh, menyerap keringat |
Polyester | 20.000 - 110.000 | Tahan lama, cepat kering |
Nylon | 25.000 - 57.000 | Elastis, tahan abrasi |
Spandex (Lycra) | 15.000 - 60.000 | Sangat elastis dan fleksibel |
Kain Rajut (Jersey, Rib) | 45.000 - 80.000 | Elastis, nyaman, cocok untuk kaus |
Tenun Mesin (Poplin, Twill) | 95.000 - 275.000 | Stabil, formal, tidak mudah melar |
Non-Woven (Spunbond, Felt) | 5.000 - 12.500 | Pelapis, kemasan, industri |
Komentar
Posting Komentar